Lalu Umar pun mewakafkannya, yang mana tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan olehnya.” (Namun) Umar mewakafkannya untuk orang-orang fakir, kerabat, untuk membebaskan budak, jihad fi sabilillah, musafir (yang kehabisan bekal), dan untuk menjamu tamu.
Artikel APU Atturots Peduli Umat Abu Bassam Selasa, 24 November 2015 - 093427 WIB dibaca 10350 pembaca oleh Ustadz Abdullah Roy, MA Hafizhahullah. السلام عليكم ورحمة الله و بركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين Aqidah yang shahih benar di dalam agama Islam memiliki kedudukan yang tinggi, karena aqidah yang benar akan membawa kepada kebaikan yang banyak dan akhir yang baik. Sebaliknya, aqidah yang rusak akan membawa kepada keburukan yang banyak dan akhir yang jelek. -> Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat akan > Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ikhlash dan khusyu'. > Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam. > Memiliki akhlaq yang hasanah baik ketika dia bermuamalah bergaul dengan manusia. > Memiliki sifat-sifat yang baik. > Bersabar ketika tertimpa musibah. > Bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. > Bersegera untuk beristighfar & bertaubat ketika dia melakukan dosa. -> Dan dengan aqidah yang kuat inilah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan > Menjaga seorang hamba dari syubhat dan kerancuan-kerancuan. > Menjaga seseorang dan juga umat dari makar-makar musuh Islam, baik musuh dari dalam maupun dari luar. Demikianlah aqidah yang kuat bagaikan pohon yang kuat yang memiliki akar yang kokoh dan cabangnya menjulang ke atas. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ َ٢٤ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥ "Apakah kamu tidak melihat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang ke atas. Menghasilkan buah setiap waktu dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat permisalan bagi manusia supaya mereka mengingat." QS Ibrahim 24-25 -> Mempelajari aqidah yang benar hukumnya adalah fardhu 'ain. Wajib bagi setiap Muslim & Muslimah mempelajari aqidah yang benar. Mulai dari perkara-perkara yang mendasar, seperti Rukun Iman yang enam; 1. Beriman kepada Allah 2. Beriman kepada Malaikat 3. Beriman kepada Kitab-kitab 4. Beriman kepada Para Rasul 5. Beriman kepada Hari Akhir 6. Beriman dengan Taqdir -> Dan hendaknya dia > Mempelajari dan memahami makna 2 kalimat syahadat yang merupakan Rukun Islam yang pertama. > Mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala. > Mengenal Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam. > Mengenal agama Islam. > Mempelajari itu semua dengan dalil-dalil yang shahih disertai pemahaman yang benar, diambil dari para ulama & da'i-da'i yang dikenal memiliki pemahaman yang benar. -> Dan hendaknya seorang da'i yang menginginkan keselamatan bagi dirinya dan juga umat > Memiliki perhatian yang besar dengan masalah aqidah ini. > Bersabar menyampaikan permasalah-permasalahan aqidah. > Jangan bosan. -> Karena dengan inilah Allah Subhanahu wa Ta'ala akan > Menyatukan umat. > Memberikan keberkahan kepada mereka. > Memberikan keamanan. > Menjauhkan mereka dari bencana-bencana di dunia. -> Dan yang lebih penting dari itu, dengan aqidah inilah kita akan > Masuk ke dalam surgaNya Allah Subhanahu wa Ta'ala. > Selamat dari nerakaNya. Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam tinggal di kota Mekkah selama 13 tahun mengajak manusia kepada Tauhid & Aqidah yang benar. Dan tidak turun sebagian besar kewajiban-kewajiban di dalam agama ini kecuali setelah Beliau Shallallahu 'Alayhi wa Sallam hijrah ke kota Madinah. Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته sumber Group WA Download audio Baca Juga Berita Terkait TAKUT KETIKA MELIHAT MENDUNGINDAHNYA DUDUK BERSAMA ULAMAJAWABAN KEPADA PARA PENYEMBAH KUBURAN SEPUTAR KLAIM DIKUBURKANNYA NABI DI DALAM MASJID NABAWIMuhasabah SEMPITNYA WAKTUKU! IKHLAS DALAM PANDANGAN ULAMA SALAF
Allahadalah pondasi akidah Islam sebagaimana keterangan yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. tertentu untuk disampaikan kepada umatnya.7 Iman kepada rasul-rasul Allah maksudnya mempercayai bahwa Allah para rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan 7 Tim Abdi Guru, Agama Islam (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 130. membimbing ummat
Buletin At-Tauhid edisi 47 Tahun ke X Bismillah wa laa haula wa laa quwwata illa billah Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang derajatnya di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” QS. An Nisaa 48 Allah juga berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun” QS. Al Maa-idah 72 Tentu kita telah mengetahui akan bahaya kesyirikan. Dimana Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa kesyirikan dan akan mengharamkan surga bagi orang yang berbuat syirik namun belum bertaubat hingga ajal menjemput. Oleh karena itu, kesyirikan merupakan bahaya terbesar yang mengancam umat. Diutusnya rasul, nikmat Allah kepada manusia Diantara nikmat Allah Ta’ala kepada umat manusia adalah diutusnya seorang rasul yang memperingatkan umatnya dari bahaya besar kesyirikan ini. Seorang rasul yang bersemangat membimbing umatnya menuju kebaikan tauhid. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” QS. At Taubah 128 Pada ayat yang mulia di atas, Allah menyebutkan bagaimana sifat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terhadap umat beliau. Sifat-sifat tersebut berkonsekuensi bahwa beliau akan memperingatkan dan memerintahkan umat beliau agar waspada dari kesyirikan yang merupakan dosa terbesar. Bahkan beliau sangat keras saat melarang umat beliau melakukan hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada kesyirikan, semisal mengagungkan kuburan dan berlebihan terhadap kubur, shalat di samping kubur atau shalat menghadapnya, dan berbagai perantara menuju kesyirikan yang lainnya. Fathul Majid, hal. 266 Upaya Nabi menjaga tauhid umat Ada sebuah pesan yang Nabi sampaikan untuk umat beliau demi menjaga mereka dari ketergelinciran kepada kesyirikan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Dan janganlah kalian jadikan kuburku sebagai ied tempat yang selalu dikunjungi. Bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku dimana saja kalian berada” HR. Abu Dawud, Ahmad Pada hadits ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang membiarkan rumah seseorang kosong dari ibadah shalat sunnah, berdo’a, atau membaca Al Qur’an sehingga seolah-olah rumah seperti kuburan. Nabi juga melarang umat beliau membiasakan ziarah ke kubur beliau dan mengadakan acara rutin kumpul-kumpul di dekat kubur beliau dalam rangka berdo’a atau mendekatkan diri kepada Allah. Karena hal tersebut termasuk perantara menuju kesyirikan. Nabi membimbing umat beliau agar tidak melakukan hal di atas, lalu mengarahkan mereka untuk memperbanyak bershalawat dan salam kepada beliau di manapun berada, karena shalawat kepada beliau akan sampai kepada beliau baik dari tempat yang dekat maupun dari tempat yang jauh sekalipun dari kubur beliau. Sehingga tidak perlu repot-repot mendatangi kubur Nabi hanya untuk bershalawat kepada beliau. Al Mulakhas fi Syarh Kitab Tauhid, hal. 185 Jangan menjadikan rumah seperti kuburan Sabda Nabi, “Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan” memiliki dua pengertian 1. Jangan mengubur mayit di dalam rumah, tapi kuburlah di pemakaman umum kaum muslimin. Inilah kebiasaan yang telah dilakukan kaum muslimin sejak masa Rasulullah hidup. Jika muncul pertanyaan “Bukankah Rasulullah dikubur di rumah beliau?” Jawabannya ada dalam hadits Abu Bakar radhiyallahu anhu yang menyatakan bahwa seorang nabi dikuburkan di tempat wafatnya HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad. 2. Janganlah menjadikan rumah kalian seperti kuburan, tidak pernah dilakukan shalat di dalamnya, sepi dari lantunan ayat Al Qur’an maupun panjatan do’a. Kedua makna tersebut benar. Jika kita merenungi makna kedua, teranglah bagi kita penjelasan dari Nabi bahwa kuburan bukanlah tempat untuk ibadah Al Qaulul Mufiid ala Kitab Tauhid, hal. 284 Larangan menjadikan kubur sebagai masjid Dari hadits di atas juga disimpulkan adanya larangan menjadikan kubur sebagai masjid. Bahkan terdapat dalil tegas terkait hal ini, yakni sabda Rasulullah, “Janganlah kalian menjadikan kubur sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian dari hal tersebut!” HR. Muslim Menjadikan kubur sebagai masjid ada dua bentuk 1 Membangun masjid di atas kubur, atau 2 shalat di samping kubur, karena masjid bisa berarti semua tempat dilaksanakannya shalat. Menjadikan kubur sebagai masjid termasuk sarana menuju kesyirikan sehingga Nabi pun melarang hal tersebut. Al Qaulul Mufiid, hal. 285 Janganlah menjadikan kubur Nabi sebagai ied Makna sabda beliau “janganlah kalian jadikan kuburku sebagai ied” adalah, beliau melarang umat beliau merutinkan dan membiasakan berziarah ke kubur beliau, karena hal tersebut dapat membuat Nabi diagungkan seperti diagungkannya Allah. Menjadikan kubur sebagai’ied termasuk perantara terjadinya kesyirikan. Oleh karena itu, Nabi membimbing agar umat beliau cukup bershalawat di manapun mereka berada, agar umat beliau tidak rutin berziarah ke kubur beliau. At Tamhid Syarh Kitab Tauhid, hal. 276. Namun catatan penting, bukan berarti ziarah kubur itu haram. Ziarah kubur hukumnya sunnah. Yang terlarang di sini adalah merutinkan ziarah ke kubur Nabi sehingga dikhawatirkan justru ziarah tersebut menjadi sarana terjadinya kesyirikan. Bagaimana berziarah kubur yang sunnah? Sebagaimana sabda Rasulullah, ziarah kubur disyari’atkan agar peziarah dapat mengambil pelajaran dan mengingat kematian. Jika demikian alasannya, tentu semua kubur bisa diziarahi, sebab semua kuburan akan mengingatkan seseorang kepada kematian. Sehingga, jika ada yang mengkhususkan ziarah hanya ke kubur Rasulullah dan merutinkannya, tentu ada keyakinan tersembunyi dibalik perbuatannya tersebut. Inilah yang Rasulullah khawatirkan. Sarana menuju kesyirikan. Akhirnya meminta kepada Rasulullah yang telah wafat, bukan kepada Allah Yang Maha Hidup. Kesimpulannya, Rasulullah melarang umat beliau merutinkan ziarah ke kubur beliau. Jika ingin mendo’akan beliau, cukup bershalawat untuk beliau dimanapun kita berada. Sebab shalawat umat beliau akan disampaikan kepada beliau, meski dari orang yang tinggal di ujung dunia. Kisah ahlu bait menegur orang yang berdo’a di kubur Nabi Diriwayatkan oleh Dhiyaa-uddin Muhammad Al Maqdisi dalam Al Mukhtarat, Ali bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu –termasuk ahlu bait Nabi yang paling shalih- pernah menjumpai seseorang berjalan menuju celah dinding dekat kubur Nabi lalu berdo’a di sana. Beliau pun melarang orang tersebut dari perbuatannya dan membawakan sabda Rasulullah, “Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai ied, jangan menjadikan rumah kalian seperti kuburan. Bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku” Dalam hadits di atas, terdapat larangan bersengaja mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk berdo’a di sana. Jika kepada kubur Nabi saja tidak diperkenankan, apalagi ke selain kubur beliau? Karena hal tersebut –membiasakan datang ke kubur Nabi- termasuk menjadikan kubur Nabi sebagai ied, yang merupakan perantara menuju kesyirikan. Al Mulakhas, hal. 187 Keistimewaan ibadah di dekat kubur? Tak diragukan lagi, lelaki yang ditegur oleh Ali bin Al Husain di atas rutin mendatangi kubur Nabi untuk berdo’a tentu dilandasi keyakinan adanya keutamaan atau keistimewaan beribadah di dekat kubur. Keyakinannya tersebut dapat membuka jalan terjadinya kesyirikan. Perlu diketahui, seluruh ibadah yang kebetulan dilaksanakan di dekat kubur –semisal menshalatkan mayit yang telah dikubur bagi orang yang tertinggal shalat jenazah, atau mendo’akan mayit, atau membaca Al Qur’an- tidak boleh dilandasi dengan keyakinan adanya keutamaan ibadah di sisi kubur. Al Qaulul Mufid, hal. 287 Karena memang kubur bukanlah tempat ibadah, tapi tempat memakamkan mayit. sebagaimana sabda Nabi sebelumya, “Jangan menjadikan rumah kalian seperti kuburan yakni sepi dari ibadah” Larangan berlebihan dalam agama Rasulullah juga melarang kaum muslimin berlebihan dalam agama, khususnya dalam menyikapi orang shalih. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian berlebihan memujiku sebagaimana nasrani berlebihan memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya” HR. Bukhari dan Muslim Tidak boleh seorang muslim berlebihan dalam menyanjung Rasulullah. Berlebihan dalam menyanjung Rasulullah dapat menggelincirkan seseorang kepada kesyirikan. Namun katakanlah Rasulullah adalah hamba Allah yang tidak boleh disembah, dan utusan Allah yang tidak boleh didustakan. Semua dalam rangka menjaga tauhid umat Kita sepatutnya bersyukur kepada Allah yang telah mengutus Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke tengah-tengah kita. Seorang Nabi yang bersemangat membimbing umatnya menuju kebaikan tauhid, dan tegas melarang umatnya melakukan berbagai perantara terjadinya kesyirikan dengan dilandasi rasa kasih sayang kepada mereka. Semua larangan yang beliau tegaskan adalah untuk menjaga kemurnian tauhid di tengah-tengah kaum muslimin. Mari wujudkan rasa syukur kepada Allah dengan mentaati seluruh perintah Rasulullah, dan meninggalkan segala macam kebiasaan yang menyelisihi larangan beliau. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah wahai Muhammad “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” QS. Ali Imran 31. Wa billahit taufiq. Penulis Yananto Sulaimansyah Muroja’ah Ustadz Afifi Abdul Wadud
Assalamualaikumdan selamat pagi.. Islam membimbing umatnya untuk mengimbangi kehidupan dunia dan akhirat. Di samping menganjurkan umatnya supaya beramal sebagai bekalan akhirat, Islam tidak pernah
Sebagaimanadiketahui, Islam adalah agama yang menuntut umatnya agar mengerjakan amal saleh yang diridhai Allah, menuntut kita supaya mengarahkan tingkah laku, naluri, dan kehidupan ini sehingga dapat mewujudkan perilaku dan akhlak yang baik. Agar perbuatan itu bisa berujung kepada amal saleh, maka dibutuhkan latihan dan pengalaman.
MataPelajaran : AGAMA ISLAM. Hari/ Tanggal : Rabu 31 Maret 2021. Kelas : 2,a,b dan c Rosululloh diutus untuk membimbing umatnya. Agar umatnya beriman kepada Allah dan beramal saleh. Beriman kepada Allah artinya percaya adanya Allah Swt. Soal Aqidah Akhlak Kelas 1 Semester Ganjil TA. 2019-2020. YAYASAN PENDIDIKAN AL – AZHAR LAMPUNG U
Alquranmemerintahkan umat Islam agar menggunakan akalnya dalam mengamati hakikat alam semesta. Perintah semacam itu di antaranya termaktub dalam surah Arrum [30] ayat 22; Albaqarah [2] ayat 164; Ali Imran [3] ayat 190-191; Yunus [10] ayat 5; dan al-An'am [6] ayat 97. Islam telah menyatukan seluruh umatnya yang menyebar dari Cina hingga
ArtikelIslam · Aqidah Akhlak · Fikih · Al-Qur'an Hadits · SKI. Home; Artikel Islam; Sejarah Kebudayaan Islam; Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar benar utusan Allah SWT yang di tugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Rasul-rasul itu adalah manusia biasa yang berlaku
spritualmembimbing, mengontrol dan mempertajam intelektual yang dimiliki Nabi Adam, agar tumbuh perasaan Takzim dan menghormati kepada Allah Swt. Dengan demikian, agar anak keturunannya (manusia) dapat menjadi wakil tuhan di bumi dengan memiliki seluruh keunggulan terhadap seluruh ciptaan Allah Swt.
1pCU. mapp4ir4rs.pages.dev/371mapp4ir4rs.pages.dev/395mapp4ir4rs.pages.dev/358mapp4ir4rs.pages.dev/174mapp4ir4rs.pages.dev/117mapp4ir4rs.pages.dev/310mapp4ir4rs.pages.dev/374mapp4ir4rs.pages.dev/81
aqidah islam membimbing umatnya agar